Liturgi/Tata Ibadah Oikumene 2013
TATA IBADAH
Pertukaran Pelayan Firman Gereja Anggota PGI dalam rangka HUT ke-63 PGI (25 Mei 1950 – 25 Mei 2013). Hari Minggu Oikoumene Indonesia, Minggu, 26 Mei 2013
Tema: ALLAH KEHIDUPAN, PIMPINLAH KAMI PADA KEADILAN DAN PERDAMAIAN
PENJELASAN TATA IBADAH
1. Tata Ibadah Minggu Oikoumene ini menggunakan Tata Ibadah dari Gereja Protestan Indonesia Gorontalo (GPIG). GPIG dinyatakan sebagai gereja yang berdiri sendiri pada tanggal 18 Juli 1965. Selengkapnya mengenai profil GPIG disertakan dalam lampiran Tata Ibadah ini. Lampiran profil ini dimaksudkan agar gereja-gereja anggota PGI dapat lebih mengenal sesama anggota lainnya khususnya gereja anggota yang tata ibadahnya dipergunakan pada Ibadah Bulan Oikumene tahun ini.
GPIG berkantor pusat di:
Badan Pekerja Harian Majelis Sinode
Gereja Protestan Indonesia Gorontalo
Jalan Pendang Kalengkoan No.30
Kotak Pos 45, Gorontalo 96117
Sulawesi Utara
Email : sinode_gpig@yahoo.co.id
Tel/fax : 0435-823815
2. Nyanyian dalam Tata Ibadah ini dapat diganti dengan nyanyian yang biasa dipergunakan oleh gereja masing-masing. Singkatan yang digunakan: P = Pemimpin (Pendeta), Khadim = Pelayan Firman, J = Jemaat, KJ = Kidung Jemaat, KLIK = Kumpulan Lagu Ibadah Kreatif.
3. Pesan Bulan Oikoumene 2013 dari MPH PGI sebaiknya dibacakan pada Kebaktian Minggu Oikoumene tanggal 26 Mei 2013 atau pada kesempatan Kebaktian Oikoumene lainnya.
4. Spanduk Bulan Oikoumene dengan tema dapat dibuat dan dipasang di tempat yang mudah dibaca warga jemaat.
5. Perayaan Bulan Oikoumene merupakan peringatan HUT PGI ke- 63 yang jatuh pada tanggal 26 Mei 2013.
TATA IBADAH
PERSIAPAN
Doa Pribadi anggota jemaat.
Doa penghantar khadim di konsistori.
Seorang Majelis Jemaat mengajak jemaat berdiri dan menyanyikan lagu :
KJ 46: 1, 2 “Besarkan Nama Tuhan”
Besarkan nama Tuhan, Haleluya,
KasihNya tak berkurang Haleluya,
Sekalipun keluhan menimpa umat-Nya,
Berkat-Nya ditemukan, Haleluya.
Besarkan nama Tuhan, Haleluya,
Di dunia serukan kemuliaan-Nya,
Janji-Nya dikukuhkan demi manusia,
Besarkan nama Tuhan, Haleluya.
Sementara menyanyi, prosesi Khadim dan Majelis jemaat memasuki ruangan ibadah. Pemasangan stola dilaksanakan di depan mimbar
dan di hadapan Jemaat.
PANGGILAN BERIBADAH
P : Saudara-saudara, TUHAN Allah kita telah mengutus anakNYA yang tunggal ke dunia ini. Ia telah mengalami kehidupan manusiawi dengan segala peristiwa kecil; dan besar, dengan kegembiraan dan kesusahanNya, dengan segala penderitaan dan kematianNya. Oleh hidup dan matiNya, Ia menjadi terang bagi manusia. Demikianlah kita mengenal diri, sebagai manusia yang dikasihi dan tidak ditinggalkan Allah.
Karena itu, bukalah hatimu dan nikmatilah cinta kasih Allah di dalam Yesus Kristus.
J : Kami mau datang kepadaMu, karena cinta kasihMu yang memberikan pengharapan.
NYANYIAN JEMAAT
“Satukanlah Hati Kami”
Satukanlah hati kami,
‘tuk memuji dan menyembah
Oh Yesus Tuhan dan Rajaku,
Eratkanlah tali kasih diantara kita semua
Oh Yesus Tuhan dan Rajaku,
Bergandengan tangan dalam satu kasih
Bergandengan tangan dalam satu iman
Saling mengasihi diantara kami,
Keluarga Kerajaan Allah
VOTUM DAN SALAM
P : Ibadah kita ini berlaku dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus ketiga yang Esa.
J : A m i n.
P : Salam sejahtera bagi saudara-saudara dalam kasih Allah Bapa yang Mahakuasa, dalam pengudusan Yesus Kristus Juruselamat dan dalam penghentaran Roh Kudus Penghibur sejati.
NYANYIAN JEMAAT
KJ 237 “Roh Kudus Tetap Teguh”
Roh Kudus tetap teguh Kau pemimpin umat-Mu
Tuntun kami yang lemah lewat gurun dunia
Jiwa yang letih lesu mendengar panggilan-Mu,
“Hai musafir, ikutlah ke neg’ri sejahtera!”
Kawan karib terdekat, Kau menolong yang penat;
B’ri di jalan yang kelam hati anakMu tent’ram
Bila badai menderu, perdengarkan suaraMu,
“Hai musafir, ikutlah ke neg’ri sejahtera!”
PENGAJARAN (Jemaat Duduk)
P : Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh. (Mzm. 1 : 1).
J : Orang yang suka melakukan perintah TUHAN dan merenungkannya siang dan malam, dia seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang berbuah pada musimnya dan tidak pernah layu daunnya.
P : Saudaraku yang kekasih, janganlah meniru yang jahat, melainkan yang baik. Barangsiapa berbuat baik, ia berasal dari Allah, tetapi barangsiapa berbuat jahat, ia tidak pernah melihat Allah. (3 Yohanes 1 : 11).
P + J : Terpujilah Allah karena kasih setiaNYA dari selama-lamanya sampai selama-lamanya. Amin.
NYANYIAN JEMAAT
KLIK (Kumpulan lagu Ibadah Kreatif) 332
“Aku Hendak Bersyukur”
Aku hendak bersyukur kepadaMu
Dengan segenap hatiku
Aku selalu bersujud
Kearah baitMu yang kudus
*Sebab Kasih setiaMu Tuhan
Sebab kasih setiaMu
janjiMu Tuhan
melebihi segalanya dan ku bersyukur
Aku hendak bersyukur
Sebab setiaMu kepadaku
Aku selalu bernyanyi
Tentang perbuatan tanganMu yang ajaib
PENGAKUAN DOSA
P : Di hadapan Tuhan tidak ada yang tersembunyi, semua nampak jelas, karena itu jemaat Tuhan mari kita datang membuka hidup kita di hadapan-Nya, dengan penuh kerendahan hati kita mengaku dosa dan memohon pengampunan dari-Nya. (…….. doa pribadi ……..)
NYANYIAN JEMAAT
KJ 29: 1 – 3 “Di Muka Tuhan Yesus”
Di muka Tuhan Yesus, betapa hina diriku
Kubawa dosa-doasaku, di muka Tuhan Yesus
Di muka Tuhan Yesus , tersungkur karn’a dosaku
Kubuka kerinduanku, di muka Tuhan Yesus
Di muka Tuhan Yesus kuinsaf akan salahku;
Bertobat kini hatiku, di muka Tuhan Yesus
BERITA ANUGERAH ALLAH (1 Yoh 2: 1, 2 atau Yesaya 44: 22)
P : …
NYANYIAN JEMAAT
KJ 395: 1, 2 “Betapa Indah HariNya”
Betapa indah harinya saat kupilih Penebus.
Alangkah sukacitanya, ‘ku membritakannya terus
Reff.
Indahnya harinya Yesus membasuh dosaku.
Ku diajari Penebus berjaga dan berdoa t’rus
Indahlah harinya Yesus membasuh dosaku
Betapa indah janji-Nya yang t’lah mengikat hatiku
Kub’ri kasihku padaNya serta menyanyi bersyukur. Ref……
PELAYANAN FIRMAN
P : Doa Pembacaan Alkitab
Pembacaan Alkitab
(selesai pembacaan Alkitab, Pemimpin berkata) :
“Demikian Firman TUHAN. Haleluya!
J : KJ 473 b
1 1 3 3 0 3 3 5 5 0 5 5 6 . 5 4 3 .
Ha le lu ya, Ha le lu ya, Ha le lu ya!
P : Khotbah
PENGAKUAN IMAN (Jemaat berdiri)
P : Saudara-saudaraku, marilah kita mengaku iman dengan menyanyikan Kidung Jemaat 280 : 1 – 3 :
Aku percaya Allah yang kekal,
Yang oleh sabda kita kenal,
Bapa pencipta alam semesta,
Yang mengasihi manusia.
Aku percaya Putra TunggalNya
Yang disalibkan di Golgota,
Yang dari kubur bangkit dan menang,
Naik ke sorga dalam terang.
Aku percaya pada Roh Kudus
Yang mendiami kita terus.
Aku percaya G’reja yang esa;
Ku jadi suci di dalamnya.
PERSEMBAHAN SYUKUR (Jemaat Duduk)
P : Marilah kita memberikan persembahan syukur, sambil mengingat Perkataan Rasuli :
“Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita”. (2 Korintus 9:7).
Sementara persembahan diberikan, kita menyanyikan…
KJ 403 : 1-3 “Hujan Berkat ‘kan Tercurah”
Hujan berkat ‘kan tercurah itulah janji kudus:
hidup segar dari sorga ‘kan diberi Penebus.
Ref. Hujan berkat-Mu, itu yang kami perlu
Sudah menetes berkat-Mu, biar tercurah penuh!
Hujan berkat ‘kan tercurah hidup kembali segar.
Di atas bukit dan lurah bunyi derai terdengar. Ref…
Hujan berkat ‘kan tercurah. Kini kami berseru,
“B’rilah dengan limpah ruah, agar genap sabda-Mu!” Ref…
Hujan berkat ‘kan tercurah; kami menantikannya.
Hati telah kami buka, Yesus, Kauisi seg’ra!
Ref…
PUJI – PUJIAN
(Paduan Suara/Solo/Vokal Group/Nyanyian Jemaat)
DOA SYAFAAT
P : Mari kita berdoa ………
Diakhiri Doa Bapa Kami (bersama-sama).
NYANYIAN PENUTUP (Jemaat Berdiri)
“Dalam Tuhan Kita Bersaudara
(Todelomo Eeya Ito Mohutato)”
Dalam Tuhan kita bersaudara
Dalam Tuhan kita bersaudara
Dalam Tuhan kita bersaudara, sekarang dan selamanya
Dalam Tuhan kita bersaudara
Todelomo Eeya ito Mohutato
Todelomo Eeya ito Mohutato
Todelomo Eeya ito Mohutato, masatia sambe mongolaita
Todelomo Eeya ito Mohutato
B E R K A T
P : Terimalah berkat TUHAN dan pergilah dengan selamat :
TUHAN memberkati dan memelihara kamu, sebab TUHAN itu baik dan murah hati kepadamu. TUHAN mengasihi kamu dan memberi kamu damai sejahtera.
J : Amin, Amin, Amin, Amin, Amin. (dinyanyikan).
Tentang PGI
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia berdiri 25 Mei 1950. Saat itu, gereja-gereja di Indonesia mempunyai visi baru tentang persekutuan umat Kristen, yaitu gereja yang esa. Visi yang sama juga sedang berkembang di dunia international. Kehadiran PGI dibutuhkan terutama sebagai tempat bermusyawarah & berusaha bersama menampilkan keesaan gereja bagi anggotanya yang sekarang berjumlah 88 sinode.
PGI hadir sebagai suatu gerak dan bukan sekadar ada saja. Persekutuan ini penuh dengan aksi dan dinamika, karyanya diarahkan pada penyelamatan dunia dengan manusia yang mendiaminya. Landasannya ialah keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan.
PGI memakai lambang yang sama dengan Dewan Gereja-Gereja se-Dunia (DGD), menandai keesaan dalam usaha, kerja dan doa. Lambang ini adalah salah satu lambang tertua dari gereja, berupa: sebuah Kapal yang tengah berlayar di seluruh perairan dunia dengan muatan tertentu yaitu Iman, Persekutuan dan Pengharapan. Di tengah-tengah kapal OIKOUMENE itu tertanam sebuah Salib. Kapal ini mengingatkan kita akan kapal yang dipergunakan Tuhan Yesus dan murid-murid hampir dua ribu tahun silam.
Apa itu Oikoumene?
Kata oikoumene berasal dari bahasa Yunani: oikos “rumah”, nomos “tinggal”. Dalam kamus Yunani yang disusun oleh Barclay M. Nelwan Jr., “dunia” antara lain diterjemahkan sebagai kerajaan Romawi, didiami manusia. Pernah juga diartikan “dunia yang beradab”. Pengertian Kristen dalam hal ini berarti dunia yang termasuk Kerajaan Kristus. Dan pekerjaan yang bersifat oikoumenis berarti pekerjaan yang meliputi keseluruhan dunia Kristen. Bagian yang terpenting yang ditampilkan dalam pekerjaan oikoumenis ialah persatuan dan persekutuannya, sekalipun ada perbedaan antara gereja-gereja Kristen.
Oikoumene berhak menyebut dirinya oikoumene sejauh keberadaannya berfungsi memberitakan Injil dan bersaksi di dalam dunia.
Jakarta, Mei 2013
Atas nama,
MAJELIS PEKERJA HARIAN PGI
Pdt. Dr. Andreas A. Yewangoe Pdt.Gomar Gultom, M.Th
Ketua Umum Sekretaris Umum
SELAYANG PANDANG
GEREJA PROTESTAN INDONESIA di GORONTALO
Pendahuluan
Gereja Protestan Indonesia di Gorontalo adalah Gereja yang hadir, bergumul dan melayani di tanah Gorontalo, yang daerah pelayanannya meliputi seluruh Provinsi Gorontalo, yang biasa disebut dengan “Lipu lo Hulondalo” atau “ Lipu limo lo pohalaqa”. Yang artinya adalah “Negeri yang mempunyai serikat lima kerajaan.
Masa Pra Penginjilan
Sejarah Gereja Protestan Indonesia di Gorontalo diawali dengan kehadiran orang-orang Kristen di Gorontalo pada abad XVI. Pada tahun 1563 Misionaris Pater Magelhaes saat melakukan perjalanan Pekabaran Injil di daerah Sulawesi Utara, sempat berkunjung ke Gorontalo. Permohonan dari seorang Raja di Gorontalo untuk memperoleh pengajaran Agama Kristen tidak dapat dipenuhi. Sebab Pater Magelhaes harus segera kembali ke Ternate bersama-sama dengan orang-orang Portugis yang termasuk dalam Tim Ekspedisi.
Ada beberapa catatan yang ditemukan bahwa pada tahun 1831 dalam perkunjungan Pekabaran Injil Yoseph Kam di daerah Sulawei Utara ia sempat singgah di teluk Tomini (Gorontalo). Di tempat itu ia jumpai satu persekutuan Jemaat kecil yang beranggotakan 40 jiwa. Jemaat ini sudah ada sejak zaman Kompeni. Demikian juga di tahun 1853 di Gorontalo Pastor de Hesselle telah membaptis 8 orang Islam dan 20 orang Protestan diterima dalam persekutuan Gereja Katolik.
Masa Penginjilan NZG (1861-1936).
Penetapan masa penginjilan NZG di Gorontalo tahun 1861 di dasarkan pada peristiwa pembaptisan pertama yang dilakukan oleh Zendeling J. H Lineman (1861-1882). Sebab pada tanggal 13 Oktober tahun 1861, di Gorontalo Pdt. J. H. Lineman telah membaptis 35 orang, masuk ke dalam persekutuan Gereja Protestan. Tercatat dalam Surat Baptisan di Gorontalo pada tanggal tersebut di atas, terdapat nama Habiba Lapi dan Hanipa sebagai saksi baptisan. Berarti pada saat itu Injil telah diterima oleh sebagian suku Gorontalo. Ada kemungkinan Pelayanan NZG di Gorontalo telah dilaksanakan sebelum tahun 1861. Saat Zendeling A. Hulstra diutus ke Gorontalo tahun 1891, ia menetap di Limboto dan melayani 30 orang Kristen asal Minahasa.
Penyebaran umat Kristen di Gorontalo pada masa pelayanan NZG terkait erat dengan kehadiran pemerintah kolonial Belanda yang dimulai tahun 1889. Mereka menempatkan para pegawai di Kantor-kantor Pemerintah dan pekerja perkebunan di beberapa daerah, yang kemudian dilanjutkan dengan pemindahan penduduk Sangihe-Talaud ke daerah Marisa dan Popayato dalam program Kolonisasi.
Masa Pelayanan GMIM (1936-1964)
Setelah Gereja Masehi Injili di Minahasa berdiri sendiri dalam persekutuan Gereja Protentan di Indonesia tanggal 30 September 1934, maka pada tahun 1936 daerah-daerah Donggala-Palu, Buol Toli-toli dan Gorontalo menjadi wilayah Pekabaran Injil Gereja Masehi Injili di Minahasa.
Saat GMIM menerima tanggung jawab Penginjilan di Daerah Gorontalo, maka GMIM mengutus tenaga-tenaga utusan injil untuk melayani kehidupan rohani Jemaat-Jemaat di Gorontalo.
Walaupun mengalami tantangan yang berat, GMIM tetap melaksanakan misi pelayanan di Gorontalo. Berdasarkan Keputusan Konprensi Zending di Tomohon pada tanggal 13-14 Maret 1953 dan pembicaraan dalam Sidang Sinode GMIM tanggal 26-29 Oktober 1954, melalui Beslit BPS GMIM tertanggal 30 Desember 1954 diputuskan bahwa Jemaat-jemaat di Gorontalo ditetapkan sebagai Gereja atau jemaat yang dewasa untuk mengatur dan mengurus diri sendiri.
Atas usul Pdt. A.Z. R. Wenas mewakili GMIM, pada tanggal 30 April 1964 dalam Sidang Gereja Am Gereja Protestan di Indonesia, GPIG, GPID dan GPIBT diberikan status untuk berdiri sendiri dan menjadi bagian Gereja Protestan di Indonesia. Berdasarkan Keputusan Badan Pekerja Am GPI di Jakarta pada tanggal 30 April 1964, tentang pengakuan berdiri sendirinya GPIG, maka mulai saat itu GPIG berada di bawah Badan Hukum GPI (Lembaran Negara No. 155/156 tahun 1927). Pada tanggal 18 Desember 1964 pada penutupan Sidang Sinode GMIM di Gedung Gereja Jemaat Sentrum Manado GPIG, GPID dan GPIBT diresmikan berdiri sendiri, secara organisasi terlepas dari GMIM. Selanjutnya diadakan pengresmian di masing-masing daerah. Di hadapan Pemerintah Daerah Kota Gorontalo, di tengah-tengah Jemaat, Gereja tetangga dan masyarakat Gorontalo pada tanggal 18 Juli 1965 GPIG diresmikan menjadi satu Gereja yang bersinode. Kemudian peristiwa ini ditetapkan sebagai tanggal GPIG Bersinode yang diperingati setiap tahun.
GPIG Bersinode (1965-sekarang)
Setelah diresmikan pada tanggal 18 Juli 1965, maka mulai saat itu GPIG harus berpikir bagaimana ia harus hidup sebagai satu Gereja yang otonom dalam persekutuan GPI. Bersama-sama dengan Gereja lain melaksanakan Amanat Agung Yesus Kristus Kepala Gereja, yaitu untuk menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah di dunia dan lebih khusus di tanah Gorontalo.
Pada Sidang Sinode Pertama, tanggal 19-20 Juli 1965 dilaksanakan pemilihan Badan Pekerja Sinode Pertama masa pelayanan 1965-1969. Dilakukan pembahasan Tata Gereja GPIG yang kemudian ditetapkan menjadi patokan organisasi dalam kehidupan berjemaat dan bermasyarakat.
Sejak saat itu GPIG mulai menggumuli soal kemandirian teologi, daya dan dana. GPIG berupaya untuk merumuskan Tata Gereja yang tepat untuk dapat diterima oleh semua warga Gereja yang berlatar belakang dari Gereja-Gereja asal yang berbeda dan bagaimana Tata Gereja itu dapat menjadi penuntun Jemaat untuk hidup di tengah masyarakat Gorontalo yang majemuk. Sampai saat GPIG telah berdiri sendiri, tenaga pelayan yang melayani di GPIG adalah tenaga-tenaga pelayan yang ditempatkan oleh Sinode GMIM. Sebab itu mulai saat Sidang Sinode Pertama telah digumuli bersama soal mempersiapkan tenaga-tenaga pelayan melalui studi teologi di sekolah-sekolah teologi. Sampai saat ini masalah ketenagaan masih terus diupayakan. Persoalan kemandirian di bidang dana adalah persoalan dan pergumulan sepanjang masa. Wilayah pelayanan GPIG yang luas yang meliputi seluruh Provinsi Gorontalo, membutuhkan biaya operasional yang besar. Sementara Jemaat-Jemaat yang menopang program pelayanan jumlahnya adalah minoritas di Provinsi Gorontalo. Tetapi walaupun demikian GPIG terus berupaya untuk bagaimana kemandirian di bidang teologi, daya dan dana dapat terwujud.
Dalam gerakan oikoumene bersama dengan Gereja-gereja di Indonesia, pada Sidang BPL DGI tanggal l6-21 Oktober 1971 di Sukabumi, GPIG diterima menjadi anggota DGI/PGI.
Di sepanjang perjalanan persekutuan bersinode, GPIG tidak pernah sepi dari persoalan dan pergumulan. Tetapi sebagai Gereja yang harus melaksanakan kerja selamat dari Tuhan, GPIG harus tetap hidup dan melayani. Satu keyakinan dalam iman terpatri: “Kalau Tuhan dapat menjadikan yang tidak ada menjadi ada, maka Ia Tuhan Sejarah dan Tuhan Gereja akan terus berkarya bagi GerejaNya di Tanah Gorontalo”.
Pelaksanaan tugas pelayanan di Gorontalo harus disertai oleh pemberian diri yang sungguh dari para Pelayan Tuhan, dengan satu perenungan dan kesadaran teologis yang mendalam bahwa “Saya hidup maka saya melayani, saya melayani maka saya hidup”.
Sumber: PGI via https://workspaces.acrobat.com/app.html#d=rSN0LJnds*gPHdCPuvzP-Q
Filed under: About Gereja Toraja | Tagged: Gereja Gorontalo, Liturgi Oikumene, Selayang Pandang PGI, Tata Ibadah Oikumene 2013 |
Tinggalkan komentar