TEOLOGI RELIGONUM C. GROENEN: KESELAMATAN TIDAK ADA DALAM NAMA LAIN MANAPUN

TEOLOGI RELIGONUM C. GROENEN: KESELAMATAN TIDAK ADA DALAM NAMA LAIN MANAPUN

 

 “Dan keselamatan (swthri,a – soteria) tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama (o;noma – onoma) lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan ( swqh/nai – sothenai)” (Kis.  4:12).

 Pada awalnya, pendekatan teologi Kristen terhadap agama-agama lain bersifat negatif, polemis, apologetis, dan agresif. Sekarang, pendekatan teologi Kristen umumnya secara positif—secara resmi melalui World Council of Churches, pemimpin gereja Katolik—di mana agama lain punya peranan positif dalam tata penyelamatan. Orang beragama lainnya dapat selamat bukan kendati agamanya, melainkan berkat agamanya.

I. PERMASALAHAN

– Apa peranan agama Kristen dalam tata penyelamatan?

– Dalil klasik “Extra Ecclesiam Nulla Salus” (diluar gereja tidak ada keselamatan), adagium (pepatah/pribahasa) ini semakin direlativasikan, diperlemah dan akhirnya dikosongkan.

– Dalam adagium EENS muncul adagium “extra Yesum Christum Nulla Salus” (Diluar Yesus Kristus tidak ada keselamatan). Adagium inipun kini tersimpan diperpustakaan sebagai “curiosum-pujian?” dari masa yang lampau.

II. YESUS KRISTUS JURUSELAMAT UNIVERSAL? Baca lebih lanjut

PEMIKIRAN TH SUMARTANA TENTANG RE-KRISTOLOGI UNTUK MENYONGSONG DIALOG KRISTEN-ISLAM DI INDONESIA

PEMIKIRAN TH SUMARTANA TENTANG RE-KRISTOLOGI UNTUK MENYONGSONG DIALOG KRISTEN-ISLAM DI INDONESIA

 (Th. Sumartana: Direktur Institut Dian/Interfidei, Yogyakarta. Praktisi Dialog Antar-umat Beragama)

I. Pendahuluan

            Sumartana berpendapat bahwa  pemikiran keagamaan di Indonesia sedang mencari formatnya yang lebih memadai untuk menjawab tantangan-tantangan yang spesifik. Konteks kehidupan masyarakat Indonesia merupakan konteks di mana Kristen dan Islam mempertaruhkan inti-inti ajarannya untuk hadir secara utuh dan menyeluruh dalam gerak hidup yang secara khusus memberi corak kepada interaksi kedua agama tersebut di tengah masyarakat.

Sumartana menyebutkan dua ciri yang setidak-tidaknya akan selalu memberi warna: pergulatan dengan masalah pembangunan, dan pluralisme budaya dan agama. Pertama, Persoalan dengan masalah pembangunan adalah bagaimana tempat dan sumbangan agama Kristen-Islam dalam konteks kolektif yang besar untuk menegakkan nilai-nilai kemanusiaan? Konteks kolektif tersebut, yaitu: kemiskinan, tidak berpengharapan, kerusakan lingkungan, ketidakadilan, marjinalisasi dan diskriminasi hak asasi dalam kehidupan budaya, politik, ekonomi, sosial dan agama. Kedua, Persoalan  Pluralisme – keanekaragaman yang masih dalam proses integrasi selaku masyarakat masih dalam tahap formatif.

II. Kristus dan Muhammad

Yesus dan Muhammad merupakan tokoh yang melahirkan agama besar di dunia, Kristen dan Islam. Keberhasilan kedua tokoh ini dalam merumuskan dan mengarahkan pemahaman kehidupan yang benar-benar mendasar bagi manusia. Baca lebih lanjut

TEOLOGI RELIGIONUM HENRI TEISSIER: DEMI KESAKSIAN KRISTEN DI TENGAH-TENGAH MEREKA YANG HENDAK TINGGAL SEBAGAI ‘BUKAN KRISTEN’

Teologi Religionum Henri Teissier:

DEMI KESAKSIAN KRISTEN DI TENGAH-TENGAH MEREKA  YANG HENDAK TINGGAL SEBAGAI ‘BUKAN KRISTEN’

             Persoalan penting yang dikemukakan Henri Teissier dalam tulisan ini adalah: bagaimanakah memperdamaikan keyakinan kita bahwa “di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan” (Kis. 4:12), dan keinginan kita untuk menghormati keterikatan para pendengar kita yang beragama Islam kepada suatu tradisi keagamaan yang lain?

I. Perkembangan Hubungan

            Teissier berpendapat bahwa perkembangan hubungan antara lingkaran-lingkaran kebudayaan dapat menentukan kelahiran suatu tahap yang baru dalam sejarah kesaksian kristen. Tahap yang baru tersebut adalah:

1. Berkembangnya suatu theologi mission, yang memperhatikan satu tipe gereja-gereja katekumenal. Ini terjadi sebagai konsekuensi pertemuan kekristenan dengan agama-agama lain dalam sejarah. Pada abad 16-19, penginjilan Eropa ditujukan pada bangsa-bangsa lain, dan melahirkan generasi baru Kristen dalam bangsa itu. Kehadiran generasi Kristen baru dalam bangsa non-Eropa ini, dalam lingkungan kebudayaan baru, melahirkan juga theologi mission yang memperhatikan tipe gereja katekumenal. Baca lebih lanjut

TIGA MODEL PANDANGAN TEOLOGI AGAMA-AGAMA

Ada tiga pandangan teologi agama-agama atau teologi religionum, yaitu:

1. Eksklusivisme

Pertama, pandangan eksklusivisme memiliki pandangan eksklusif mengenai keselamatan. Eksklusivisme menegaskan bahwa hanya di dalam agama Kristen ada kebenaran dan keselamatan, sedangkan diluar agama Kristen sama sekali tidak ada keselamatan. Ayat yang digunakan umumnya adalah kitab Kis 4:12 dan Yoh 14:6. Dalam Gereja Katolik, Paus Bonifasius VIII merumuskan pandangan ini dalam semboyan “Extra ecclesia nulla salus” yang berarti “diluar gereja tidak ada keselamatan”. Teolog yang mewakili pandangan eksklusif adalah Karl Barth dan Hendrik Kraemer. Barth berpendapat bahwa agama adalah ketidakpercayaan. Agama-agama merupakan upaya manusia yang sia-sia untuk mengenal Allah. Allah hanya bisa dikenal kalau Allah sendiri yang memperkenalkan DiriNya. Allah sudah memperkenalkan diriNya didalam dan melalui Yesus Kristus. Injil adalah anugerah Allah di dalam Yesus Kristus, sedangkan agama-agama adalah upaya manusia yang sia-sia. Sebab itu, tidak ada hubungan antara Injil dengan agama-agama. Tidak ada hubungan antara anugerah Allah di dalam Yesus Kristus dengan upaya sia-sia manusia. Ini juga berlaku bagi agama Kristen. Tetapi agama Kristen dibenarkan karena Injil anugerah yang dipegangnya. Hal senada, namun beda argumen disampaikan Kraemer, yang Baca lebih lanjut