TRINITAS – ALLAH TRITUNGGAL

picture45

Oleh: Paulus M. Tangke

Kata trinitas berasal dari bahasa Latin, yang berarti “ketigaan” (trinus-tiga-tiga), yang dipahami sebagai ajaran keesaan: Bapa-Putra-Roh Kudus. Istilah Trinitas atau tritunggal tidak terdapat dalam Alkitab. Sejarah Trinitas atau tritunggal telah mulai dipergunakan oleh Tertullianus (abad 2 M: 120-225). Istilah substansi (zat) dan persona (pribadi) berasal darinya. Tertullianus merumuskan bahwa Tuhan Allah adalah satu dalam pribadiNya/zatNya dan tiga dalam personaNya/pribadiNya/oknumNya (una substantia, tres personae). tetapi barulah pada abad ke-4 kata Tritunggal mendapat tempat resmi dalam teologi Kristen (melalui konsili Nicea 325 dan Konsili Konstantinopel—menyusul konsili Teledo [589 M] yang menegaskan bahwa Roh Kudus adalah hakikat Allah yang berasal dari Bapa dan Anak).

1. Trinitas dalam Perjanjian Lama

Pertama kali diperkenalkan unsur trinitas dalam Perjanjian Lama, yaitu Kej 1:1-3: ”Pada mulanya, waktu Allah mulai menciptakan alam semesta, bumi belum berbentuk, dan masih kacau-balau. Samudra yang bergelora, yang menutupi segala sesuatu, diliputi oleh gelap gulita, tetapi kuasa Allah bergerak di atas permukaan air. Allah berkata, “Jadilah terang!” Lalu ada terang.”. Ada Allah, Firman, dan Kuasa. Firman Allah diperkenalkan sebagai pribadi yang mempunyai kuasa mencipta, sekaligus diperkenalkan Roh Allah sebagai pembawa hidup dan ketertiban bagi seluruh ciptaan. Sejak awal penciptaan telah dinyatakan suatu pusat kegiatan dari tiga yang satu seutuhnya. Allah sebagai pencipta membuat alam semesta sebagai karya pikiranNya, mengungkapkan pikirannya dalam wujud Firman, dan Rohnya bekerja sebagai asas yang menghidupkan. Kegiatan Allah dalam penciptaan dan pemerintahanNya kemudian dihubungkan dengan Firman yang dipersonafikasikan sebagai Hikmat (Ams 8:22), juga dihubungkan dengan Roh sebagai Pembagi segala berkat dan sumber kekuatan badani, semangat, kebudayaan dan pemerintahan.

2. Trinitas dalam Perjanjian Baru

Ungkapan yang menyiratkan ajaran Tritunggal dalam Perjanjian Baru dapat dikelompokkan menjadi empat bagian. Pertama, ada beberapa perikop yang dengan sengaja menggunakan rumusan Tritunggl. Dalam Matius 28:19: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”. Nama Bapa, Anak dan Roh Kudus muncul dalam rumusan baptisan. Ini merupakan bukti yang jelas mengenai pemikiran jemaat Kristen mula-mula yang menghubungkan secara erat nama Bapa, Anak dan Roh Kudus. Demikian juga dalam 2 Kor 13:13: “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian.” Dalam ayat tersebut, Paulus menambahkan ucapan berkat penutup dengan menyebutkan Allah, Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus. Paulus tidak membuat perbedaan status diantara ketiganya. Sehingga dapat ditaruk kesimpulan bahwa Paulus memandang mereka sebagai tiga Oknum yang setara. Bentuk salam yang sama seperti itu terdapat dalam Wahyu 1:4. Dalam Salam tersebut Allah disebut sebagai Dia, yang ada, yang sudah ada, dan yang akan datang. Roh Kudus disebut sebagai “tujuh roh:, dan Anak disebut sebagai Yesus Kristus. Kedua, perikop yang memakai bentuk tiga serangkai. Dalam Efesus 4:4-6, Paulus berbicara mengenai “satu Roh, satu Tuhan, satu Allah dan Bapa. Bentuk tritunggal seperti itu terdapat juga dalam 1 Kor 12:3-6, yang menyatakan bahwa masing-masing Oknum tersebut diperkenalkan dengan kata sifat “satu” dan dalam urutan Roh, Tuhan dan Allah, seprti dalam Efesus 4. Demikian juga dalam 1 Petrus 1:2: “yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas kamu.” Ketiga, terdiri dari perikop yang menyebutkan ketiga Oknum itu secara bersama-sama, tetapi tanpa diungkapkan dalam struktur tritunggal yang jelas. Hal ini kita dapatkan dalam Galatia 4:4-6, dimana dinyatakan bahwa Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya kedalam hati kita; Markus 1:9-11, yang menyatakan dalam pembaptisan Yesus, Bapa dan Roh juga terlibat; Roma 8:1: ” Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Hubungan yang erat antara Bapa, Anak dan Roh Kudus dalam perikop tersebut bukanlah hal yang kebetulan saja. Keempat, kelompok yang paling penting karena menunjukkan hubungan antara Oknum-oknum Tritunggal yang berbeda. Dalam Yoh 14:26: “tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.” Bapa yang mengutus Roh Kudus dalam nama Anak. Sesungguhnya, Anak juga mengutus Roh Kudus yang berasal dari Bapa. Ketiga oknum terlibat dalam pernyataan kebenaran kepada manusia. tak dapat disangkal bahwa kontribusi ayat-ayat ini bagi kesaksian Perjanjian Baru yang berkenaan dengan Tritunggal adalah unik (lihat juga Yoh 15:26; 16:15).

3. Perbedaan dan Kesatuan Trinitas

Menurut Calvin, Alkitab memperlihatkan kepada kita adanya perbedaan antara Bapa dan Firman, antara Firman dan Roh Kudus. Namun, perbedaan tersebut mesti ditanggapi dengan rasa hormat yang besar dan dengan hati-hati, sebagaimana diperingatkan kepada kita oleh kebesaran rahasia itu. Penyataan Gregorius Nazianze sangat menyenangkan hati Calvin. Gregorius berkata: “begitu saya pikirkan yang Esa, maka segera ketiganyalah yang berseri-seri disekeliling saya; dan begitu saya bedakan ketiganya, maka segera saya dibawa kembali kepada yang Esa”. Jadi kita juga jangan sampai membayangkan ketritunggalan Pribadi-pribadi yang sedemikian rupa, hingga pikiran kita tetap terbagi serta bimbang dan tidak segera dibawa kembali kepada kesatuan itu. Bapa, Anak, dan Roh: Kata-kata ini memang menunjuk pada perbedaan yang sesuai dengan kenyataan, supaya tak ada yang mengira bahwa kata-kata itu merupakan julukan saja, yaitu hanya untuk menyatakan Allah dengan berbagai cara menurut karyaNya. Tetapi, kita harus ingat bahwa ini merupakan perbedaan dan bukan pembagian. Anak mempunyai kehasan yang membedakanNya dari Bapa: sebab tak mungkin Firman ada bersama-sama dengan Allah, kecuali jika Firman itu lain dari Bapa, dan tak mungkin Firman itu mempunyai kemuliaan dihadapan Bapa jika tidak berbeda dari Bapa (band. Yoh 1:1,14). Demikian pula, Anak itu membedakan Bapa dari diriNya (band. Yoh 5:32). Lagi pula yang turun ke bumi bukan Bapa, melainkan Yang Keluar dari Bapa; yang mati dan bangkit kembali bukan Bapa, melainkan yang diutus oleh Bapa. Perbedaan antara Roh Kudus dengan Bapa dinyatakan oleh Kristus, waktu Dia berkata bahwa Roh Kudus itu terbit dari Bapa; perbedaan antara Roh Kudus dengan diriNya dinyatakanNya setiap kali Dia menyebutNya sebagai “se-Orang lain”, seperti pada saat Dia menyatakan bahwa Dia akan mengutus seorang Penolong yang lain; dan juga dalam beberapa tempat lainnya (band. Yoh 14:16). Perbedaan yang dapat dilihat pada Yang Tritunggal, yaitu: Bapalah yang dianggap pangkal penggerak segala kegiatan, sumber dan asal segala sesuatu; Anaklah yang dianggap mempunyai hikmat dan kebijaksanaan, dan pengaturan segala kegiatan; dan Roh Kudus dipandang sebagai sebab yang membuat kegiatan itu ampuh dan berhasil. Lagi pula, keabadian Bapa juga menjadi keabadian Anak dan keabadian Roh, mengingat bahwa Allah tak pernah mungkin tanpa hikmat dan kekuatanNya, dan bahwa dalam keabadian tidak perlu dicari mana yang lebih dahulu dan mana yang kemudian. Namun tidak sia-sia juga bila kita memperhatikan urutan Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Bapa disebut Yang pertama; kemudian Anak sebagai yang berasal dari Bapa; dan selanjutnya Roh Kudus sebagai yang berasal dari Bapa dan Anak. Pikiran orang sudahlah wajar untuk cenderung lebih dulu memperhatikan Allah. HikmatNya yang bersumber padaNya, akhirnya KekuatanNya yang dipakaiNya untuk melaksanakan apa yang telah diputuskanNya. Agustinus mengatakan: “Yang dimaksud dengan sebutan-sebutan yang menunjukkan perbedaan ini ialah hubungan yang ada antara Pribadi yang satu dengan yang lain, bukan zat yang membuat ketiga-tiganya merupakan keesaan. … Kristus dinamakan Allah, bilamana dilihat berhubungan dengan diriNya sendiri. Berhubung dengan Bapa, Dia dinamakan Anak. Demikian pula Bapa, dilihat berhubung dengan diriNya sendiri, dinamakan Allah; berhubung dengan Anak, Dia dinamakan Bapa. Yang dinamakan Bapa bila dilihat dalam hubungan dengan Anak, bukanlah Anak; demikian pula yang dinamakan Anak dilihat dalam hubungan dengan Bapa, bukanlah Bapa. Tetapi yang dinamakan Bapa dilihat dalam hubungan dengan diriNya sendiri, dan yang dinamakan Anak dilihat dalam hubungan dengan diriNya sendiri, adalah Allah yang Sama”. Calvin sangat menjaga ketat ajaran mengenai Trinitas. Karena itu, Ia setuju ketika Michael Servet (1510-1553) seorang dokter yang menolak Trinitas dihukum mati.

4. Implikasi Ajaran Trinitas

Ada beberapa implikasi ajaran Trinitas atas keesaan Allah, sifat kekekalan, kesederajatan, dan nilai praktis.

1) Ajaran ini tidak bertentangan dengan ajaran mengenai keesaan Allah. Ada tiga pribadi atau oknum di dalam satu hakikat. Sekalipun tidak ada persamaan di dalam pengalaman manusia untuk menjelaskan atau mengilustrasikan ajaran trinitas, namun analogi akal manusia memberikan sedikit petunjuk. Akal manusia sanggup berdialog dengan dirinya sendiri dan pada saat yang sama mampu memberi putusan terhadap apa yang telah dipertimbangkannya. Trinitas dapat kitra samakan dengan hal tersebut.

2) Perbedaan-perbedaan tersebut bersifat kekal. Hal ini jelas dari ayat-ayat yang menyatakan bahwa Yesus sudah ada bersama dengan Bapa sejak dahulu kala (Yoh 1:1-2; 17:5; Filipi 2:6). Demikian juga ayat-ayat yang menandaskan keabadian Roh Kudus (kej 1:2; Ibrani 9:14). Sifat hubungan kekal antara Bapa dengan Anak biasanya disebut “generation” (sifat diperanakkan), sedangkan hubungan antara Bapa dan Anak, disatu pihak, dengan Roh Kudus, dipihak lain, disebut “procession” (hal berasal dari). Yang dimaksud dengan hubungan yang pertama ialah “pancaran atau emanasi kekal”. Allah berfirman, “AnakKu engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini!” (Mazmur 2:7b). Istilah ‘hari ini’ dalam ayat tersebut menunjukkan masa kini yang kekal. Ketika Yesus berkata: “Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diriNya sendiri, demikian juga diberikanNya Anak mempunyai hidup di dalam diriNya sendiri” (Yoh 5:26). Yang dimaksud Yesus ialah suatu pemberian hidup secara kekal dari Bapa kepada Anak. Istilah “hal berasal dari”, seperti yang digunakan untuk Roh Kudus artinya kurang lebih sama dengan istilah “sifat diperanakkan” dalam hubungan dengan Sang Putra, kecuali bahwa Roh Kudus “keluar” atau berasal dari Bapa maupun Anak.

3) Ketiga Oknum Trinitas Sederajat. Kenyataan kesatuan trinitas, tidak meniadakan penetapan urutan bahwa Allah Bapa adalah yang pertama, Allah Anak yang kedua, dan Allah Roh Kudus yang ketiga. Urutan ini bukanlah perbedaan dalam kemuliaan, kuasa atau usia. Roh dan Anak adalah sederajat dengan Bapa, sekalipun Mereka tunduk kepada Bapa. Sikap tunduk ini adalah sikap sukarela dan bukan terpaksa karena keadaan, seprti ungkapan Fil 2:5-7.

4) Ajaran ini memiliki nilai praktis yang tinggi. Pertama, ajaran ini membuka pintu bagi kasih abadi. Kasih sudah ada sebelum alam diciptakan, namun kasih memerlukan objek. Kasih senantiasa mengalir diantara ketiga oknum trinitas. Kedua, hanya Allah yang dapat menyatakan keadaan Allah. Dengan cara Allah Bapa mengutus Allah Anak, maka Allah dapat dinyatakan. Ketiga, hanya Allah yang dapat mengadakan pendamaian karena dosa. Hal ini dilakukanNya melalui penjelmaan Allah Anak. Keempat, kita sulit memikirkan adanya kepribadian tanpa masyarakat. Oknum-oknum ke-Allahan berhubungan satu dengan yang lain dalam keselarasan yang sempurna, suatu masyarakat yang sempurna. Jika tidak ada trinitas maka takkan ada penjelmaan, tidak ada penebusan yang objektif, dan karena itu tidak ada penyelamatan; karena takkan ada oknum yang mampu bertindak sebagai Pengantara antara Allah dan manusia.

Catatan: huruf Ibrani dan Yunani tidak akan jelas terbaca/tidak dikenali bila komputer anda belum terinstall huruf Ibrani/Yunani).

3 Tanggapan

  1. Salam kawan-kawan. Ada buku kristologi yang tidak biasa (luarbiasa!) judulnya YESUS BUKAN ALLAH TAPI TUHAN karya Ellen Kristi (Penulisnya seorang Kristen Tauhid). Isinya sangat Alkitabiah (berdasar kuat pada ayat-ayat ada tertulis, bukan asal berteori seperti kebanyakan buku umumnya) menarik dan akurat. Yang blom baca buruan baca ya, ada di toko-toko buku (Gramedia, dll.). Banyak pendeta dan pakar Alkitab yang “kaget” atas kemunculan buku tersebut, tapi banyak dari mereka mengakui kebenaran yang disampaikan dalam buku tsbt. Soal doktrin Yesus Allah dan Trinitas juga diungkap kekeliruannya! Bagi yang ngerasa Kristen, wajib baca! Buruan …. 🙂
    Salam

  2. Salam.
    Baca juga buku MENJAWAB DOKTRIN TRITUNGGAL (ada di gramedia dll.) Di situ juga ada komentar-komentar teolog, pendeta, tokoh L.A.I, Romo dll. yang menolak Trinitas. Luarbiasanya adalah kajian dalam buku tersebut sangat-sangat Alkitabiah!
    Silakan kawan-kawan kristiani membacanya ya …

  3. Shalom. Yesus di Injil Markus 12 : 29 mengutip kalimat Shema Yisrael dari Ulangan 6 : 4 sewaktu menjawab pertanyaan dari seorang ahli Taurat mengenai hukum mana yang paling utama

    Teks Ibrani, ” שמע ישראל יהוה אלהינו יהוה אחד. ”

    Cara membacanya menurut peraturan tata bahasa Ibrani, ” Shema Yisrael YHWH ( Adonai ) Eloheinu YHWH ( Adonai ) ekhad. ” 🕎✡️🐟✝️🕊️📖🇮🇱

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.